Brand Lokal

Local brand merupakan produk yang berasal dari dalam negri sendiri, di produksi dan dipasarkan di dalam negri sendiri.

Selasa, 06 Desember 2022

Brand Asal Bandung Unjuk Gigi hingga ke Paris

BRAND LOKAL INDONESIA - Brand lokal asal Jawa Barat 3Second dan Greenlight diundang oleh Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) untuk mengikuti gelaran fashion di Paris.

Gelaran yang membawa produk lokal dan sejumlah pelaku seni Indonesia itu adalah acara Paris Fashion Show yang digelar oleh Gekrafs dan Kementerian PAREKRAF yang bertajuk GEKRAFS Paris Fashion Show during (at) Paris Fashion Week 2022.

Brand 3Second yang menjadi cikal bakal dua produk tersebut, ternyata memiliki sejarah cukup panjang dalam dunia fashion.

Produk yang terkenal dengan brand ambassadornya Nazril Irham atau Ariel Noah ini, nyatanya bukan produk kemarin sore. Sejak awal mula dirintis, nama 3Second ternyata memiliki arti dan filosofinya tersendiri.

Secara singkat, Salah satu Owner atau Keluarga 3Second, Hera Mulyantara menceritakan bagaimana sejarah 3Second dari mulai berdiri hingga seterkenal seperti sekarang.

Ia mengungkapkan, 3Second merupakan produk asli Kota Bandung yang awalnya hanya memproduksi pakaian polosan tanpa merk yang mendistribusikannya ke berbagai pusat perbelanjaan di Jakarta dan kota lainnya.

"Awalnya kita sekitar tahun 1990-an hanya sebagai supplier pakaian-pakaian polosan ke Tanah Abang, Manggadua Jakarta dan ke daerah lainnya," ungkap Hera kepada detikcom di Outlet 3Second cabang Sumedang yang berlokasi di Jalan Prabu Geusan Ulun, Kecamatan Sumedang Selatan, beberapa waktu lalu.

Meski tidak memiliki merk di awal-awal produksinya, kata Hera, namun produk pakaian yang dihasilkannya sangat memperhatikan dalam hal kualitas terutama pada bagian jahitan dan desainnya.

"Itu salah satu kunci kenapa produk kita cukup disukai hingga saat ini, dari mulai produk fashion pakaian anak hingga orang dewasa," paparnya.

Hera mengungkapkan, produknya pun semakin dikenal saat perusahaan keluarganya itu dipertemukan dengan salah satu pengelola mal yang cukup besar di Indonesia kala itu. Dari pertemuan itu tercetuslah tentang betapa pentingnya memiliki sebuah merek atau brand.

"Suatu saat kami bertemu dengan yang namanya Pak Bambang dari Matahari, dia melihat potensi kita, yang memiliki orientasi anak muda dengan kualitas fashion cukup bagus, 'kenapa tidak dikasih brand', seperti itu katanya," ungkap Hera mengenang momen saat itu.

Benar saja, ditengah produksinya yang semakin berkembang maka kebutuhan akan sebuah brand pun semakin mendesak. Baru pada sekitar tahun 1996, munculah brand fashion pertamanya, yakni 3Second. Kemudian disusul oleh Greenlight dan Famo.

"3Second menjadi brand pertama kita di sekitar tahun 1996," ujarnya.

Hera menjelaskan, nama 3Second sendiri dipilih dengan mengandung makna dan filosofi tersendiri. Nama itu mengandung arti bahwa hanya dalam hitungan 3 detik para pengunjung diharapkan dapat tertarik akan produk lokal yang dihasilkan oleh 3 Second.

"Nama itu berdasarkan hasil rembugan keluarga, nama 3Second sendiri awalnya dicetuskan oleh Pak Hirman, salah satu anggora keluarga kami, filosofinya begini, pengunjungkan biasanya kalau dengan keluarga suka pusing saat memilih banyak produk, nah kalau ke 3Second itu sekali lirik hanya dalam hitungan 3 detik bisa langsung jadi ingin membeli," paparnya.

Dengan mengusung konsep family store, selain tempat belanja, 3Second pun kini menjadi pilihan tempat untuk hangout bareng keluarga dengan adanya kafe-kafe di setiap outletnya.

"Ya kadang-kadang, kan banyak nih dari keluarga, anaknya pengen kemana, ibunya pengen kemana, kalau ke 3Second semua keluarga bisa menikmatinya juga,"

Sejak kemunculannya, 3Second kini telah memiliki sekitar 200 outlet di seluruh Indonesia. Dengan tetap memperhatikan quality control dalam produksinya, 3Second telah membantu menghidupkan para pelaku UMKM di bidang fashion dengan melakukan kerjasama dengan sistem maklon.

"Kalau di Jawa Barat outlet 3Second sudah ada di hampir setiap kota," pungkasnya.

Ini 5 Fakta Menarik Brand Greenlight



BRAND LOKAL INDONESIA - Kabar baik datang dari dunia Fashion Tanah Air. Pasalnya, dua brand clothing lokal mengikuti salah satu acara fashion show di Paris. Kali ini, brand fashion asal Jawa Barat, 3Second dan Greenlight tampil di acara mode yang digelar pada hari Senin (28/2) hingga Selasa (8/3) di Paris, Prancis. 

1. Satu induk bersama 3Second

Greenlight merupakan brand yang memiliki induk perusahaan yang sama dengan 3Second yaitu Bi-ensi Fesyenindo. Induk perusahaan ini berdiri sejak 14 Agustius 1997 silam dengan bisnis awal penyediaan berbagai kain ke sejumlah mall di Indonesia. Hingga akhirnya, tahun 2002, perusahaan swasta ini mengeluarkan brand pertamanya yaitu 3Second. 

2. Greenlight hadir pada tahun 2004

Nama 3Second sejak saat itu terus mengalami popularitas yang luar biasa. Bahkan, brand ini pun juga telah memiliki outletnya tersendiri. Namun ternyata CV tidak puas hanya dengan satu brand saja. Perusahaan ini juga akhirnya merilis brand keduanya pada tahun 2004 atau dua tahun berselang lahirnya 3Second. Nama yang dipilih adalah Greenlight. 

3. Berkonsep kasual

Brand 3Second lahir dengan konsep yang begitu khas. Merek fesyen ini bergaya streetwear dengan warna yang beragam dan desain yang sangat kreatif. Target pasar dari 3Second adalah anak muda dan memiliki koleksi untuk wanita maupun laki-laki. Sedangkan Greenlight berkonsep jauh berbeda. Produk ini menawarkan gaya yang jauh lebih kasual dengan tampilan yang sederhana namun menarik dengan pemilihan warna yang lebih lembut. 

4. Target remaja dewasa

Jika 3Second menyasar gaya creative dengan keseluruhan anak muda, Greenlight mememiliki target pasar yang cukup berbeda. Brand yang lahir tahun 2004 ini hadir untuk menyasar remaja dewasa, seperti para mahasiswa atau mahasiswi hingga pekerja startup yang cenderung mengenakan pakaian kasual yang tidak terlalu formal. Maka tak heran jika Greenlight menunjuk Ariel Noah sebagai brand ambassador sejak tahun 2013 silam. 

5. Tampil di fashion show di Paris

Greenlight dan 3Second tahun ini mengikuti fashion show di Paris. Dengan tajuk Gekrafs Paris Fashion Show at Paris Fashion Week 2022 yang diselenggarakan di The Westin Paris Vendome pada tanggal 6 Maret 2022 lalu, Greenlight berhasil menampilkan berbagai lini produk terbarunya. Berkolaborasi dengan Ican Harem, Greenlight mengangkat suasana kemacetan dan jalanan masyarakat perkotaan di Indonesia ke dalam lini produknya dengan tajuk ‘Traffic Light’. 

Tidak hanya lini produknya, Greenlight dan 3Second juga membawa sejumlah selebriti ke Paris seperti Ariel Noah, Anya Geraldine, Keanu, Reza Arap, Adipati Dolken, Wendy Walters dan lainnya.

Selasa, 29 November 2022

SEJARAH TERBENTUKNNYA SHINING BRIGHT



BRANDLOKAL TOP -  Perjalanan karier yang berliku dan panjang ternyata pernah dicicipi Bimantara Budimansyah yang kini akrab dengan nama Tarra Budiman  (26). Mengawali kariernya sebagai foto model, Tarra mengaku banyak dibantu teman hingga popular seperti sekarang. Kini Tarra justru ketagihan bergelut di dunia hiburan.

Semua berawal di tahun 2005. Kala itu Tarra mencoba mengadu nasib menjadi model. Beberapa kali mengikuti ajang pemilihan model, relasi dan kenalan pria kelahiran Denpasar, 23 September 1986 ini pun bertambah luas. Banyak dari mereka yang mengenalkan dan membawa Tarra untuk lebih menekuni dunia hiburan dengan serius.

Salah satunya Fauzi Imam, pemain sinetron yang kini juga menjadi anggota boy band  S9B yang selalu membujuk dan merayunya untuk mencoba casting  sinetron. Alhasil Tarra pun memberanikan diri mengikuti casting  salah satu sinetron. Benar saja, selang dua minggu setelahnya, Tarra berhasil mendapatkan peran pertama di sinetron perdananya, My Friend My Dream . Sejak itu, Tarra “jatuh cinta” pada dunia hiburan.

Anak ke-4 dari 7 bersaudara pasangan Benny dan Silvie Affan ini bercerita penuh semangat ketika tawaran bermain FTV semakin banyak mengalir hingga ia terus berkonsentrasi di dunia akting. “Sekitar tiga tahun lebih aktif difoto, membintangi iklan, dan main FTV untuk memperdalam akting. Saya bahkan ikut kelas-kelas drama untuk memperdalam keahlian sampai jenuh dan ingin coba sesuatu yang baru,” jelas Tarra yang kini sibuk menekuni profesi baru sebagai presenter  acara televisi.

Tak puas hanya berakting, Tarra pun mencoba “mengembangkan sayap” ke dunia musik. Merasa memiliki kemampuan bernyanyi dibarengi dengan menjamurnya grup musik di Tanah Air, Tarra pun tertarik untuk bisa merasakan pengalaman bermusik. “Dulu saya, Dani, dan Aiman sering main FTV bareng dan selalu bertiga. Pas saya bilang mau bikin band, almarhum Mas Teddy dari manajemen mendukung dan waktu itu kerja sama dengan label Nagaswara membuat konsep. Tapi jadinya boy band  dengan nama Treeji,” jelas Tarra.

Menurut Tarra, Treeji memang menjadi satu-satunya boy band  di tahun 2008. Tak pelak, Treeji pun kerap menuai banyak cibiran. “Banyak yang meremehkan Treeji karena tren musik waktu itu memang masih ke band dan solo. Jadi kami melawan arus, tapi ternyata memang Treeji bisa bertahan dua tahun bahkan sekarang boy band  makin berkembang,” kenangnya.

Sayangnya, Tarra sempat tersandung masalah dengan pihak manajemen Treeji. Ia pun memutuskan keluar dari manajemen dan boy band  yang juga ikut membesarkan namanya. “Saya sudah tidak merasa se-visi lagi dan tidak nyaman. Jadi daripada dipaksakan, ya, saya memilih keluar saja. Sebenarnya sayang juga karena Treeji jadi bagian karier saya di musik,” kata Tarra.

Aji Mumpung

Tak ingin terpuruk lama sejak berpisah dari Treeji, Tarra bangkit mencoba mengeksplorasi kemampuan lain yang dimilikinya. Mengaku suka dan banyak bicara, Tarra nekat mengikuti casting  audisi untuk menjadi host  sebuah program musik. Beruntung, lagi-lagi Tarra sukses. Sejak saat itu wajahnya kerap wara-wiri di layar kaca membawakan banyak program.

Menikmati pekerjaan barunya menjadi host , Tarra mengaku mendulang banyak ilmu untuk bisa mengarahkan acara dengan baik. “Beruntung dapat kesempatan nge-host  di acara musik, jadi pengetahuan soal musik bertambah, temannya makin banyak dan pengalamannya selalu seru,” ucap pria yang hobi traveling  ini.

Dari acara musik satu ke acara lainnya, Tarra merasa semakin yakin dengan kemampuannya. Gayanya yang konyol namun tak berlebihan membuat banyak perempuan jatuh hati. Sahabat Tarra, sebutan bagi para penggemar Tarra, pun sudah tersebar di berbagai kota besar di Indonesia dan siap menjadi pendukung terbesarnya.

Perjuangan Tarra menapaki tangga karier di dunia hiburan kini berbuah manis. Tawaran tak henti berdatangan. Dari satu stasiun televisi ke stasiun lainnya, Tarra meng -hos t banyak acara reguler. “Saya enjoy  banget nge -host  saat ini. Banyak teman yang memberikan saya inspirasi. Olga, Raffi, Gading Marten, Andhika Pratama, dari mereka saya banyak belajar untuk membuat acara jadi menarik,” jelasnya.

Tak ingin hanya bergelut di acara musik, kini Tarra tengah mencoba tantangan baru menjadi komedian. Sedikit demi sedikit Tarra mengasah kemampuannya melucu. Beruntung, kini ia terlibat di program Pesbuker yang bernuansa komedi.

Mencoba banyak profesi sekaligus, Tarra tidak keberatan jika disebut aji mumpung. Menurutnya ia tetap harus belajar dan memanfaatkan waktu agar maksimal. “Dunia entertainment  ini ada masanya. Jadi harus dimanfaatkan dengan baik, mencoba pekerjaan yang belum pernah dilakukan. Asal usaha, pasti ada hasilnya, yang penting niat mau belajar maksimal dan enggak malu bilang ingin bisa.”

Bisnis Keluarga

Lantas, antara menjadi model, pemain sinetron, penyanyi, presenter dan komedian, mana yang lebih dipilih Tarra? “Kasihan juga, nih, Sahabat Tarra, saya belum tentukan pilihan, akting sajakah, host  saja atau komedian saja. Sampai sekarang saya menikmati semuanya. Yang jelas saya seorang entertainer untuk membuat happy  semua orang,” ungkap Tarra.

Di saat kariernya mulai memuncak, Tarra tak lupa berinvestasi demi masa depan. “Awal tahun ini saya dan beberapa teman membuka distro dengan nama Shining Bright dan sudah jalan. Masih sinergi dengan kebutuhan saya sebagai host  yang butuh kostum casual . Satu lagi rencana, masih dibicarakan. Ini usaha keluarga, insya Allah buka resort  di Labuan Bajo. Mohon doanya semoga semua bisnis lancar dan berhasil. Amin,” harap Tarra yang belum memikirkan soal rumah tangga.

“Saat ini belum terpikir, mungkin dua tahun ke depan lah baru bisa memikirkan soal pernikahan. Soal siapa yang nanti jadi pasangannya, ya, mudah-mudahan jodoh yang terbaik buat saya saja. Saya orangnya setia lho , jadi masih sama pacar yang lama,” tambahnya buka rahasia.

Senin, 21 November 2022

SI SEPATU GHOIB, COMPASS



Tahun 2020 sepertinya masih menjadi tahun nya sepatu Compass, brand sepatu dari Bandung ini, merupakan besutan Gunawan Kahar sejak tahun 1998. Compass sempat membuat kehebohan di skena sneakers dengan pembatalan rilis kolaborasi mereka dengan Potmeetspop dan Old Blue co karena banyaknya antrian dan berpotensi chaos 9nagapoker.

Lebih dari itu, pengembangan strategi marketing sepatu Compass yang brilian, konon yang membawa mereka pada titik sekarang. Karena justru diawal kemunculannya, merek ini pernah mengalami stagnasi pengembangan produk. Walaupun sepertinya saat itu juga dialami semua produk lokal karena gempuran produk sepatu impor sejak awal tahun 2000-an.

[lwptoc]

Nah, buat kalian yang penasaran seperti apa perjalanan sepatu Compass, kali ini sneakers.co.id akan mengulas merek sepaatu yang sempat ddisebut sepatu gaib karena saking sulinya dicari di pasaran.

Sejarah Sepatu Compass

Pada periode awal berdiri yaitu 1998, merek Compass sempat alami masa berat. Terlebih saat itu selain bersaing dengan produk sepatu impor, kita juga mengalami krisis ekonomi. Kebangkitan Compass diawali pada 2017 ketika Aji Handoko sang creative director bergabung dan mengambangkan sisi kreatif dan strategi bisnis. Diyakini sosok Aji Handoko ada. dibalik suksesnya merek ini – seperti dilansir dari akun Youtube ‘Badass 23 Monkey’ 2019 lalu yang ternyata sejak kecil Aji sudah menyukai sepatu.

Aji Handoko bukan orang baru di industri sepatu, karyanya mulai dikenal luas sejak mendesain sepatu ARL. – saat itu Ariel NOAH menjadi ambassador. Konon ARL mengalami hambatan dalam hal produksi, selain itu. ekosistem industri sneakers bellum seperti sekarang.

Perjalanan sulit itu membawa Aji berjumpa dengan Kahar Gunawan, pemilik pabrik sepatu di Bandung yang bersedia memproduksi ARL. ARL dinilai berhasil dan membuat Gunawan dan Ajji menjalin kerja sama sejak 2017 untuk membangun kembali sepatu Compass yang sudah dimulai Gunawan sejak 1998.

Dilansir dari liputan 6 .com “Waktu itu pak Gunawan sudah hampir nyerah karena sering ditinggal rekan bisnisnya yang sudah sukses. Malahan istrinya sudah minta dia buat pensiun. Usaha terakhir pak Gunawan adalah berusaha menghidupkan kembali Compass karena ini adalah produksi dalam negeri dan diharapkan bisa sukses di negeri sendiri,” ujar Aji.

Aji mendapatkan kebebasan penuh mulai dari mendesain hingga membangun strategi marketing, Compass mulai meraih sukses pada 2018. Capaian ini tidak mengherankan, karena Aji merupakan pencinta sepatu sedari kecil. Bahkan, Aji kecil membawa sepatu saat tidur karena saking cintanya. Selain itu, buku gambarnya pun dipenuhi oleh gambar sepatu idngoal.

Kolaborasi Sepatu Compass

Keberhasilan Aji sepertinya bukan hanya pada produksi sepatu yang berkualitas. Keberhasilan merek Compass ada pada keberhasilannya membawa sepatu Compas sebagai simbol gaya hhidup yang sangat kuat. Jadi, seperti sekarang, sepatu Compass begitu dicari karena akhirnya ia bukan sekedar sepatu, tapi sudah menjadi simbol sneakershead yang memiliki #localpride.

Langkah-langkah pria kelahiran 31 tahun silam dalam membangun merek ini sangat terukur. Diawali dengan menghadirkan kolaborasi dengan sejumlah influencer dan sneakerhead Indonesia.Salah satunya adalah menggandeng Bryant Notodihardjo, influencer sekaligus social media manager L.O.C sehingga menghasilkan rilis Compass Bravo 001 .

Kolaborasi Compass yang menarik – bahkan bikin heboh – adalah desain untuk media komunitas denim, Darahku Biru. Dari kolaborasi dengan komunitas ini, muncul karya kolaborasi dengan Pot Meets Pop dan Compass 98 Vintage yang didesain oleh Old Blue Co.

Mengawali tahun 2020, mereka semakin memperkuat posisinya di skena sneakers dengan kolaborasi bersama Kelompok Penerbang Roket (KPR) – grup band asal jjakarta. Setiap versi dari kolaborasi ini didesain secara khusus menggambarkan kepribadian personel KPR yaitu Coki, Rey, dan juga Viki.

Bahkan kolaborasi ini memberikan pengalaman yang sangat lengkap karena peluncurannya sangat unik melalui tur Collaboration Meroket yang digelar di lima kota, yaitu Bandung, Surabaya, Makassar, Bali, dan Jakarta.

Sepatu Compass Sempat disebut sebagai Sepatu Gaib

Melejitnya sepatu Compass dan rentetan kolaborasi epic ini semakin mmemmbuat kompas semakin memmbanggakan. Seiring dengan itu, gerakan #IndoPride kemudian #Localpride sebagai wujud cinta produk lokal dan ekosistem dikampanyekan oleh komunitas juga sejumlah influencer membuat sepatu Compass semakin diburu.

Hingga pada satu titik muncul istilah Sepatu Gaib.

Mungkin karena banyak yang kesulitan ketika akan membeli sepatu ini.  Bagaimana tidak, pada setiap rilis tipe atau model terbaru sepatu Compass selalu habis dalam hitungan jam bahkan menit.

Strategi Produksi Sepatu Compass

Langkanya di pasaran, julukan sepatu gaib tampaknya justru karena Aji berusaha menjaga nilai perusahaan yang sudah berlaku belasan tahunn dari sepatu Compass sejak 1998. Spirit kekeluargaan tetap dipertahankan baik produksi maupun pemasaran. Sepertinya kekuatan brand sepatu Compass berawal dari sini.

Spirit dan nilai perusahaan inillah yang membawa Aji untuk menggunakkan tagline “Sepatu Rakyat” dan juga sebutan “Teman Compass” untuk pecinta sepatu ini. Aji dan manajemen perusahaan juga tidak mau langsung menaikan angka produksi melebihi kapasitas dan kemampuan sumber daya mereka, demi menjaga estafet perusahaan dari generasi ke generasi.

Kalau tahun lalu kapasitas produksinya sekitar 3000 pasang per bulan, saat ini kenaikan kapasitas produksi juga dibatasi 4500-5000 pasang per bulan. Strategi produksi ini dilakukan karena selain melihat kemampuan produksi, juga diharapkan standar kualitas sneakers yang dipasarkan tetap terjaga dan tidak mengecewakan teman Compass.

Nampaknya strategi ini sangat berhasil membawa sepatu Compass sebagai game changing untuk sepatu lokal.  Yup, kayaknya sebuah merek mendapatkan validasi ketika mereka memasuki permainan bisnis sneakers sepanjang masa. Resale!

Harga resale sepatu Compass bahkan bisa menembus angka 2 juta rupiah. Ga masuk akal? Tapi inilah ekosistem sneakers, semua merayakannya.

Ukuran Sepatu Compass

Berikut ini standar ukuran sepatu yang dimiliki sepatu compass. Kamu bisa cek ukuran sepatu mana yang cocok dan nyaman untuk kamu betcepat.

PRUDUKSI 6 JUTA PRODUK PER TAHUN, SIAPA SANGKA EIGER ADVENTURE DULUNYA BERAWAL DARI 2 MESIN JAHIT


Eiger Adventure telah menjadi salah satu brand lokal yang cukup popular di kalangan generasi Z maupun generasi millenial, khususnya para pecinta alam. Variasi produk berkualitas dilengkapi dengan teknologi terbaik untuk berbagai perlengkapan adventure membuatnya terus berkembang hingga saat ini.

Bermula dari dua mesin jahit saat pertama kali didirikan oleh pria lulusan Sekolah Teknik Mesin (STM), Ronny Lukito,  kini Eiger telah menjelma menjadi salah satu perusahaan perlengkapan dan peralatan oudoor terbesar di Indonesia yang mampu menghadirkan sekitar 6 juta produk per tahun 9nagapoker.

Pertumbuhan Eiger juga didukung oleh 250 gerai yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Tak hanya di Indonesia, produk-produk Eiger Adventure juga telah merambah pasar internasional seperti Filipina, Jepang, hingga Lebanon.

CEO PT Eigerindo Multi Produk Indonesia (MPI) Christian H Sarsono mengisahkan pada awal pendiriannya pada tahun 1979,  sang Founder Ronny Lukito hanya memproduksi tas yang mulanya menggunakan merek Exsport. Bisnis tersebut terus berkembang hingga muncullah brand Eiger pada tahun 1990 yang fokus pada kategori perlengkapan outdoor.

Nama Eiger sendiri diambil dari nama salah satu gunung yang ada di Swiss. Menunjukkan bahwa produk yang dikeluarkan memang diproduksi khusus untuk memenuhi kebutuhan para pecinta alam dan kegiatan outdoor seperti pendakian, camping, panjat tebing, bersepeda, dan aktivitas luar ruangan lainnya.

“Eiger ini benar-benar bermula dari UMKM, perjalanannya hingga saat ini pun cukup panjang sampai bertransformasi menjadi corporate yang memiliki lebih dari 1.700 karyawan dan memproduksi hingga ratusan ribu produk setiap bulannya,” ujar Christian.

Perkembangan brand asal Bandung yang bermula dari UMKM menjadi corporate jelas tidak bisa lepas dari tangan dingin sang founder. Christian yang sudah lebih dari 20 tahun mengabdi bersama Eiger Adventure ini tahu betul bahwa Ronny adalah sosok yang sangat perfectionis sehingga produk yang dihasilkan benar-benar yang terbaik dan berkualitas dengan teknologi terkini.

Tak heran bila produk-produk yang diluncurkan oleh Eiger selalu menjadi incaran para pecinta alam atau para pengguna produk-produk fashion outdoor. Saat ini, Eiger memiliki tiga kategori produk utama yakni Mountaineering, Riding, dan Authentic 1989 idngoal

Chris mengisahkan saat pertama kali Eiger hadir, brand tersebut belum memiliki toko untuk proses distribusi, brandnya pun belum banyak dikenal orang. Namun dengan gigih sang founder terus melakukan penetrasi pasar dengan menjalin kerjasama dengan kemitraan seperti Gramedia, Ramayana, Matahari, hingga membuka jalur distribusi sendiri.

“Setelah toko berkembang dan mulai diterima, Eiger Adventure memperkuat kerjasama dengan komunitas. Karena kami yakin, sebuah brand bisa berkembang jika didukung komunitas, maka kami pun menggandeng berbagai komunitas pecinta alam dan para Eigerian sebagai pengguna setia Eiger,” jelasnya.

Selain menjaring komunitas dan memperluas jalur distribusi termasuk reseller, Eiger juga memperkuat proses pemasaran dan branding secara online. Hingga saat ini, media sosial instagram Eiger sendiri sudah memiliki lebih dari 2 juta pengikut.

Dengan perkembangan bisnis yang cukup signifikan, Eiger pun mulai bertransformasi dari UMKM menjadi corporate pada tahun 2006. Pada saat itu,proses kepemimpinan organisasi dan manajemen bisnis mulai dijalankan secara profesional, termasuk budaya perusahaan dan teknologi yang digunakan.

“Sejak bertransformasi dari UMKM menjadi perusahaan, perkembangan Eiger sangat signifikan. Bahkan dari 2006 hingga saat ini pertumbuhannya sudah hampir 10 kali lipat,” tuturnya.

Christian mengatakan ada banyak faktor yang membuat Eiger Adventure dapat bertumbuh pesat. Selain faktor internal, animo masyarakat dan komunitas akan produk-produk Eiger juga menjadi faktor penting yang ikut membesarkan brand ini.

Melihat pentingnya peran konsumen dan komunitas, maka dalam setiap memproduksi produk-produk terbaru, Eiger selalu fokus pada sudut pandang customer. Jika dulu brand menciptakan produk bagus maka diyakini konsumen pasti beli, tetapi sekarang sudut pandangnya harus diubah.

“Kita harus melihat dari sudut pandang konsumen, bagaimana aktivitasnya, apa yang dibutuhkan, apa yang menjadi kegelisahan mereka baru kemudian dirumuskan tema produknya, tema marketingnya, dan tema brandingnya yang semuanya harus dikembalikan dari sudut pandang customer dulu atau customer centric,” jelasnya.

Selain itu, Eiger juga melakukan inovasi produk dengan fokus menghadirkan produk-produk eco friendly yang mendukung sustainability serta produk dengan teknologi terkini dan produk modular atau multifungsi yang bisa dipakai dalam berbagai medan.

Hal yang tidak kalah penting dilakukan perusahaan adalah mengintegrasikan pemasaran online dan offline atau omni-channel, terlebih sejak adanya pandemi. Bahkan diakui olehnya penjualan Eiger di ecommerce mengalami kenaikan hingga 75%, meski secara presentasi berkontribusi 15% dari total keseluruhan penjualan.

Adapun untuk produk yang paling laris seperti sandal, tas backpack, dan fashion garmen seperti kemeja dan celana sebagai produk-produk basic. Pasalnya, produk Eiger bukan hanya dapat digunakan untuk melakukan aktivitas adventure saja tetapi juga dapat dipakai untuk aktivitas sehari-hari.

Untuk range harganya sendiri sangat bervariasi tergantung dari jenis produk, material yang digunakan, hingga teknologi yang menyertainya betcepat.

KISAH SUKSES PEMILIK BRAND LOKAL ERIGO

muhammad sadad - erigo

Mendengar cerita Muhammad Sadad sama seperti membaca kisah Mark Zuckerberg dan Bill Gates.

Pemilik brand fashion Erigo Store ini rela meninggalkan bangku kuliah dan melupakan gelar S1, demi mengembangkan bisnis yang sudah diimpikannya sejak lama 9nagapoker.

Sadad, panggilan akrab lelaki ini mengaku, ketertarikannya pada dunia bisnis sudah muncul ketika dirinya masih menempuh pendidikan di SMA.

Namun, baru pada 28 November 2010, saat dirinya sudah berkuliah, Sadad baru bisa merealisasikan mimpinya untuk menjalankan bisnis sendiri.

Kala itu, ia membuat sebuah brand bernama Selected and Co. Namun rupanya, brand tersebut sudah dimiliki pebisnis lain sehingga mau tak mau ia harus menggantinya. Pada Juni 2013, tercetuslah nama Erigo.

Jadi, kenapa gue ngundurin diri dari kuliah karena saat itu utang gue udah numpuk. Ini harus gue selesaikan. — Muhammad Sadad, Founder Erigo Store

Di usia bisnis yang masih seumur jagung, Erigo sudah mengalami pasang-surut. Sebagai contoh, bermaksud dapat untung dengan rela menggelontorkan banyak uang demi memasarkan dan menjual produk-produknya, malah buntung yang dibawanya pulang.

“Kami sempat rugi. Jadi, kayak pameran di Malaysia, (biaya) operasional sampai 25 juta, omzet cuma 5 juta. Terus, pameran di Surabaya, Makassar, itu bener-bener rugi. Jadi, kenapa gue ngundurin diri dari kuliah karena saat itu utang gue udah numpuk. Ini harus gue selesaikan,” terang Sadad ketika ditemui tim KoinWorks baru-baru ini.

Bangkit dari keterpurukan menjadi hal yang menantang bagi lelaki kelahiran 15 Juni 1990 ini. Berkat kegighan dan semangat pantang menyerah, ia berhasil meningkatkan penjualan hingga ribuan persen banyaknya.Bahkan, pada 2015 lalu, ia mampu mencapai omzet hingga Rp 22 miliar.

Nyatanya, di saat sudah menemukan cara yang tepat untuk kembali membangun bisnisnya. ia tidak ingin kehilangan momen tersebut. Pada akhirnya, Sadad semakin yakin untuk tidak melanjutkan kuliah demi fokus berbisnis.

Peran Orangtua di Balik Jatuh Bangun Muhammad Sadad dan Erigo Store

Saat dirinya dirundung kegagalan, Sadad bersyukur memiliki orangtua yang tak henti-hentinya mengalirkan dukungan kepadanya.

“Pas fase-fase gue terpuruk, orangtua gue sempat yang harus jual ruko, jual ini-itu, jual asetnya buat kemajuan usaha sendiri. Orangtua gue selalu berpesan, ‘Bang, ketika susah, ketika lagi ada masalah, cerita sama Mama, ya. Cerita sama Papa. Biar dibantu doa juga’,” kenang Muhammad Sadad.

Betapa Muhammad Sadad menyadari bahwa kedua orangtuanya masih memercayakan dirinya untuk mengembangkan bisnis sendiri. Bahkan, sampai mendukungnya dari segi materi dan materiil.

Pas fase-fase gue terpuruk, orangtua gue sempat yang harus jual ruko, jual ini-itu, jual asetnya buat kemajuan usaha sendiri. — Muhammad Sadad

“Ya, orangtua paling berjasa,” sebutnya.

Mendapat dorongan dan semangat dari orang-orang sekitar, jangan heran bila Erigo kian eksis, terutama di kalangan anak muda. Berbagai produk yang dijual, di antaranya kemeja, celana jeans, jaket, topi, dan tas, laris manis di pasaran.

“Erigo sudah ada di department store, ada toko sendiri, tapi mostly kami besar dari online. Kenapa clothing? Awalnya diajakkin teman sih, jualan baju. Awalnya masih underestimate, lama-lama gue seriusin, dan sekarang sudah punya 60 karyawan,” kata Muhammad Sadad.


Mengoptimalkan Platform Online dan Offline dalam Pemasaran Produk – Studi Kasus Erigo Store

Dalam menjual produk-produknya, Sadad menggunakan platform online dan offline. Untuk online, ia menggunakan media sosial guna mempromosikan Erigo.

“Kami men-display produk di Instagram. Kami enggak jual lewat Line, WhatsApp. Dari 2015 kami sudah decide semua pelanggan yang beli Erigo harus melaui web. Alhamdulillah tanggal 16 Maret kami launching aplikasi, sudah ada di App Store, (sementara) iOS menyusul,” terang Sadad.

Sementara itu, produk Erigo juga bisa ditemui di Medan dan Palembang. Dua kota dianggap potensial lantaran ketika ia membuka pop-up store di sana, penjualannya cukup bagus.

Siapa yang menyangka, dulu, banyak yang memandang bisnisnya sebelah mata. Banyak yang meragukan bahwa Sadad tak bisa membawa Erigo Store menapakki tangga kesuksesan idngoal.

“Dulu, pas ditanyain orang-orang, ‘Ngapain sih lo ngelakuin (bisnis) ini?’. Ya, mungkin sekarang bisa kasih lihat (hasilnya) ke orang-orang. Bukannya dendam atau apa, tapi saat itu memang banyak orang yang enggak percaya,” kata Sadad.

“Gua ada di titik gue bisa dan itu ada kepuasan tersendiri. Alhamdulillah sekarang sudah punya karyawan, tim sendiri, dan ya… gue cukup puas,” sambungnya.

Memanfaatkan Permodalan KoinWorks di Momen Lebaran untuk Mengembangkan Erigo Store

Untuk terus bisa membuat bisnisnya berjalan, perputaran arus kas tentu haruslah sehat. Diakui Sadad, ia masih memerlukan permodalan usaha untuk mengekspansi bisnisnya, meski omzet yang diraih sudah menyentuh angka puluhan miliar.

Biasanya, Sadad meminjam modal usaha kepada teman-teman yang dikenalnya. Namun, ia dikenakan bunga yang cukup tinggi.

“Terus, dia (teman) bilang, ya udah, coba cari peer-to-peer lending yang banyak kasih pinjaman dana dengan bunga yang lebih ringan. Ya, muncul KoinWorks. Kami follow up,” sambungnya.

Sadad mengatakan, pengajuan modal di KoinWorks sangat mudah dan cepat. Di sisi lain, peminjam rupanya juga tidak perlu datang langsung ke kantor KoinWorks karena memang proses tatap muka tidak diperlukan.

“Kami cukup happy juga karena waktu nggak tersita, nggak habis di jalan. Sangat terbantu. Terbukti P2P fintech lending yang paling cepat ya KoinWorks,” ujar lelaki berkumis ini.

Terbukti P2P fintech lending yang paling cepat ya KoinWorks. — Muhammad Sadad

Sadad menambahkan, modal usaha yang didapatkannya ia manfaatkan di momen-momen menjelang Lebaran. Di kala permintaan pasar meningkat drastis, Sadad pun harus memperbanyak stok produknya.

“Kami bikin produk kan kayak bukan bikin permen. Beli ke toko, jadi. Kami kan harus bikin dulu dan prosesnya itu bulanan. Kami enggak bisa langsung (membuat produk) jadi saat itu juga,” ucapnya.

“Otomatis pas mau menyiapkan produk yang cukup banyak buat Lebaran, kami harus punya dana tambahan. Sementara dana tambahan itu sudah terpakai buat yang lain-lain juga. Nah, kebetulan ada KoinWorks yang alhamdulillah dana bisa cair dan bisa dipakai untuk produksi dan marketing,” imbuhnya.

Penutup: Kesuksesan Muhammad Sadad & Erigo Store

Memang, bangkit dari kegagalan butuh usaha ekstra dan strategi yang efektif. Mengembangkan bisnis pun butuh keseriusan dan ketekunan. Apabila mengalami hambatan,

Masa-masa sulit menjalani Erigo mungkin menjadi pengalman tidak terlupakan bagi Sadad. Namun, berkat kegigihan, kerja keras, dukungan dari orang-orang sekitar, serta akses permodalan dari KoinWorks, kini Erigo bisa semakin melambungkan namanya.

Ia menambahkan, “Jadi, stay positive dan percaya kalau hari esok lebih cerah dari hari sekarang. Selalu berdoa dan berbuat baik sama orang-orang sekitar karena hanya orang-orang sekitar yang bisa nolong pas kita lagi susah”.

Ya, Muhammad Sadad dan bisnisnya, Erigo, hanyalah satu dari sekian banyak contoh pebisnis yang sukses berkat permodalan Anda di KoinWorks.

Berkat dukungan nyata berupa investasi yang rutin Anda lakukan di KoinWorks, Anda mampu membantu UKM di Indonesia untuk mengembangkan bisnis, hingga meningkatkan perekonomian nasional.

Ayo, berinvestasi lewat KoinWorks dan bantu UKM-UKM di Indonesia menjadi lebih berkembang betcepat!